Perjalanan ke Tanah Suci (3)
Hari keberangkatan ke tanah suci pun menjelang. Bagi para calon jemaah haji, latihan dan training serta manasik haji telah dilakukan. Sebagian besar mereka ikut Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan sebagian lain mungkin mendapat pengarahan langsung dari Depag. Mereka mendapatkan segala pengarahan yang diperlukan sebelum keberangkatan. Umumnya ini adalah pengarahan praktis dan karena itu sebenarnya bisa dipelajari melalui buku-buku panduan dan sesekali ikut latihan prosesi dan manasik haji. Saya termasuk orang yang belakangan ini dan hanya ikut latihan manasik satu kali. Namun saya membaca buku-buku panduan dan juga buku tentang makna haji. Buku petunjuk teknis dan praktis haji banyak sekali tetapi tentang makna dan interpretasi tentang haji hampir tidak ada. Untuk buku yang terakhir ini satu-satunya yang bisa ditemui adalah karangan Ali Syariati berjudul Makna Haji.
Singkat cerita, alhamdulillah semua proses teknis administratif lancar -terimakasih kepada istri yang mengurus semua urusan saya sehingga saya tinggal berangkat. Kami rombongan dari daerah berangkat ke asrama haji dan menginap satu malam sebelum naik pesawat ke Jeddah esoknya. Sebetulnya dari sejak keberangkatan ini proses haji yang kompleks itu dimulai. Apa-apa yang sering dikeluhkan dalam pelaksanaan ibadah haji memang terjadi. Itu mulai dari akomodasi termasuk makan, transportasi dan pelayanan lainnya (yang insya Allah akan terlihat nanti).
Untuk menambah kompleksitas itu, dalam rombongan, ada berbagai macam orang dan kebanyakan mereka seperti dikatakan di atas adalah non-pegawai atau mereka yang memang bercita-cita untuk naik haji dengan mendalam. Kebanyakan mereka karena itu juga belum pernah naik pesawat terbang sekalipun, sehingga tidak tahu bagaimana memasang sabuk pengaman. Karena itu ada yang menirukan pramugari yang menjelaskan langkah-langkah kalau keadaan darurat dengan ikut memasang pelampung ke badannya.
Untuk mengatasi kompleksitas itu, kalau Anda ikut KBIH maka ada pengarahan untuk bersabar, bertawakkal, selalu berdoa dan berkonsentrasi. Ini adalah bagian dari menjadi haji mabrur, demikian pengarahan itu kira-kira berbunyi. Dengan bekal itu maka para jemaah diharap menahan diri dari perilaku mengeluh atau protes. Demikian lah, pengarahan itu cukup melekat untuk hari-hari keberangkatan dan beberapa hari di tanah suci. Pengarahan itu juga berlaku dalam berprilaku di negeri orang. Kebanyakan jemaah haji yang baru sekali berjalan-jalan jauh umumnya menerima semua arahan itu dengan sigap tanpa bertanya-tanya. Nah siapa yang diuntungkan dengan pengarahan ini? Silahkan jawab sendiri.
Perjalanan di pesawat kalau dari Surabaya ke Jeddah sekitar 9 jam 30 menit non-stop. Alhamdulillah itu ditempuh dengan lancar. Pesawatnya cukup nyaman, pelayanannya cukup bagus karena pramugari dan petugasnya tidak sinis, sangat profesional dan membantu bapak-ibu calon haji yang masih kagok dengan aturan di dalam pesawat. Maklumpara kru pesawat ini hampir semua mereka berasal dari luar negeri. Hanya satu dua dari Indonesia dan terima kasih, mereka tidak bertugas di tingkat atas pesawat, tempat kami duduk.
Kami berangkat dari Surabaya tengah hari dan tiba di Jeddah sebelum subuh. Setelah pemeriksaan imigrasi dan paspor disimpan petugas haji, para jemaah diberi tempat istirahat sebentar dengan lesehan di atas karpet dan sholat subuh. Di sebelah lain terlihat jamaah dari Turki (Turkiye - dalam tulisan yang saya baca) yang duduk di kursi dengan teratur rapi, mendapat pengarahan . Terlihat mereka diorganisir oleh agen perjalanan bukan oleh negara yang nampak dari atribut yang mereka pakai seperti kerudung.
Setelah sholat, tas koper kita cari sendiri kemudian oleh petugas dibawa ke bus masing-masing menuju Mekkah. Dalam perjalanan ini cerita yang hanya saya dengar selama ini ternyata benar. Konon, menurut sahibul hikayat, untuk memperlancar perjalanan maka para sopir di sana harus mendapat tip atau semacam uang agar sopir itu bekerja dengan baik. Ternyata cerita itu benar adanya. Pimpinan rombongan di tiap bus meminta tiap jemaah untuk urun 1 real agar sopir tidak ngambek dan akan mengendarai dengan baik. Entah kapan praktek itu dimulai tidak ada yang tahu, tapi nampaknya para sopir itu sudah mengerti dan para jemaah juga seperti sudah faham. Satu hal agaknya jelas bahwa praktek itu dimulai dan dibiasakan oleh orang Indonesia. Dan seterusnya setiap ada kegiatan yang menggunakan kendaraan, tiap jemaah seperti sukarela menyisihkan satu real untuk sang sopir yang umumnya senang bukan kepalang menerimanya seperti pengelana berjumpa air di padang pasir. Menurut cerita, sebenarnya para sopir itu sudah dibayar dan tidak perlu lagi ada tip. Tapi saya rasa itulah kepandaian orang Indonesia dalam mengekspor budaya.
Perjalanan Jeddah-Mekkah kurang lebih satu jam. Di kiri kanan memang yang nampak kebanyakan adalah batu-batu gunung yang besar dan gurun pasir. Tidak ada satupun memang yang bisa hidup di sana. Bagi mereka yang bercita-cita dengan sungguh2 dan berupaya dengan kuat ke sana, saat-saat yang menggetarkan segera tiba. Mereka tidak percaya sudah tiba di negeri impian dan sebentar mereka akan melihat Ka'bah. Sebagian mereka mulai terharu....
Sebelum itu, kita akan segera tiba di pondokan kita selama di Mekkah. Seperti apakah pondokan itu, mudahkan mencapai tempat itu, bagaimana sopir membawa kita ke sana, itu insya Allah di bagian berikutnya.
Hari keberangkatan ke tanah suci pun menjelang. Bagi para calon jemaah haji, latihan dan training serta manasik haji telah dilakukan. Sebagian besar mereka ikut Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan sebagian lain mungkin mendapat pengarahan langsung dari Depag. Mereka mendapatkan segala pengarahan yang diperlukan sebelum keberangkatan. Umumnya ini adalah pengarahan praktis dan karena itu sebenarnya bisa dipelajari melalui buku-buku panduan dan sesekali ikut latihan prosesi dan manasik haji. Saya termasuk orang yang belakangan ini dan hanya ikut latihan manasik satu kali. Namun saya membaca buku-buku panduan dan juga buku tentang makna haji. Buku petunjuk teknis dan praktis haji banyak sekali tetapi tentang makna dan interpretasi tentang haji hampir tidak ada. Untuk buku yang terakhir ini satu-satunya yang bisa ditemui adalah karangan Ali Syariati berjudul Makna Haji.
Singkat cerita, alhamdulillah semua proses teknis administratif lancar -terimakasih kepada istri yang mengurus semua urusan saya sehingga saya tinggal berangkat. Kami rombongan dari daerah berangkat ke asrama haji dan menginap satu malam sebelum naik pesawat ke Jeddah esoknya. Sebetulnya dari sejak keberangkatan ini proses haji yang kompleks itu dimulai. Apa-apa yang sering dikeluhkan dalam pelaksanaan ibadah haji memang terjadi. Itu mulai dari akomodasi termasuk makan, transportasi dan pelayanan lainnya (yang insya Allah akan terlihat nanti).
Untuk menambah kompleksitas itu, dalam rombongan, ada berbagai macam orang dan kebanyakan mereka seperti dikatakan di atas adalah non-pegawai atau mereka yang memang bercita-cita untuk naik haji dengan mendalam. Kebanyakan mereka karena itu juga belum pernah naik pesawat terbang sekalipun, sehingga tidak tahu bagaimana memasang sabuk pengaman. Karena itu ada yang menirukan pramugari yang menjelaskan langkah-langkah kalau keadaan darurat dengan ikut memasang pelampung ke badannya.
Untuk mengatasi kompleksitas itu, kalau Anda ikut KBIH maka ada pengarahan untuk bersabar, bertawakkal, selalu berdoa dan berkonsentrasi. Ini adalah bagian dari menjadi haji mabrur, demikian pengarahan itu kira-kira berbunyi. Dengan bekal itu maka para jemaah diharap menahan diri dari perilaku mengeluh atau protes. Demikian lah, pengarahan itu cukup melekat untuk hari-hari keberangkatan dan beberapa hari di tanah suci. Pengarahan itu juga berlaku dalam berprilaku di negeri orang. Kebanyakan jemaah haji yang baru sekali berjalan-jalan jauh umumnya menerima semua arahan itu dengan sigap tanpa bertanya-tanya. Nah siapa yang diuntungkan dengan pengarahan ini? Silahkan jawab sendiri.
Perjalanan di pesawat kalau dari Surabaya ke Jeddah sekitar 9 jam 30 menit non-stop. Alhamdulillah itu ditempuh dengan lancar. Pesawatnya cukup nyaman, pelayanannya cukup bagus karena pramugari dan petugasnya tidak sinis, sangat profesional dan membantu bapak-ibu calon haji yang masih kagok dengan aturan di dalam pesawat. Maklumpara kru pesawat ini hampir semua mereka berasal dari luar negeri. Hanya satu dua dari Indonesia dan terima kasih, mereka tidak bertugas di tingkat atas pesawat, tempat kami duduk.
Kami berangkat dari Surabaya tengah hari dan tiba di Jeddah sebelum subuh. Setelah pemeriksaan imigrasi dan paspor disimpan petugas haji, para jemaah diberi tempat istirahat sebentar dengan lesehan di atas karpet dan sholat subuh. Di sebelah lain terlihat jamaah dari Turki (Turkiye - dalam tulisan yang saya baca) yang duduk di kursi dengan teratur rapi, mendapat pengarahan . Terlihat mereka diorganisir oleh agen perjalanan bukan oleh negara yang nampak dari atribut yang mereka pakai seperti kerudung.
Setelah sholat, tas koper kita cari sendiri kemudian oleh petugas dibawa ke bus masing-masing menuju Mekkah. Dalam perjalanan ini cerita yang hanya saya dengar selama ini ternyata benar. Konon, menurut sahibul hikayat, untuk memperlancar perjalanan maka para sopir di sana harus mendapat tip atau semacam uang agar sopir itu bekerja dengan baik. Ternyata cerita itu benar adanya. Pimpinan rombongan di tiap bus meminta tiap jemaah untuk urun 1 real agar sopir tidak ngambek dan akan mengendarai dengan baik. Entah kapan praktek itu dimulai tidak ada yang tahu, tapi nampaknya para sopir itu sudah mengerti dan para jemaah juga seperti sudah faham. Satu hal agaknya jelas bahwa praktek itu dimulai dan dibiasakan oleh orang Indonesia. Dan seterusnya setiap ada kegiatan yang menggunakan kendaraan, tiap jemaah seperti sukarela menyisihkan satu real untuk sang sopir yang umumnya senang bukan kepalang menerimanya seperti pengelana berjumpa air di padang pasir. Menurut cerita, sebenarnya para sopir itu sudah dibayar dan tidak perlu lagi ada tip. Tapi saya rasa itulah kepandaian orang Indonesia dalam mengekspor budaya.
Perjalanan Jeddah-Mekkah kurang lebih satu jam. Di kiri kanan memang yang nampak kebanyakan adalah batu-batu gunung yang besar dan gurun pasir. Tidak ada satupun memang yang bisa hidup di sana. Bagi mereka yang bercita-cita dengan sungguh2 dan berupaya dengan kuat ke sana, saat-saat yang menggetarkan segera tiba. Mereka tidak percaya sudah tiba di negeri impian dan sebentar mereka akan melihat Ka'bah. Sebagian mereka mulai terharu....
Sebelum itu, kita akan segera tiba di pondokan kita selama di Mekkah. Seperti apakah pondokan itu, mudahkan mencapai tempat itu, bagaimana sopir membawa kita ke sana, itu insya Allah di bagian berikutnya.
No comments:
Post a Comment