Tuesday, July 12, 2011

Kemana Arah Politik Malaysia?

kemana kah malaysia akan bergerak?
oleh a. eby hara

hampir 50 ribu orang turun ke jalan sabtu 9 juli lalu di KL. demonstrasi yang kabarnya hanya akan diikuti oleh ratusan orang lalu menggelinding kayak bola salju diikuti oleh ramai orang di jalan2 seputar pusat utama KL di Pudu Raya, Pasar Seni, Chinatown, KL Sentral, Mesjid Jamek dan Stadion Merdeka.

diceritakan pula, tidak seperti demo sebelumnya saat demonstran menutup mukanya karena takut, kali ini tak ada yang menutup muka. mereka dengan berani dan lantang menuntut pemilu bersih. lebih 1500 orang telah ditangkap karena dianggap melanggar aturan demonstrasi. nasib mereka akan ditentukan dalam beberapa hari ini. namun tentu pemerintah tidak dapat sembarangan menghukum mereka karena diantara yang tertangkap adalah pemimpin oposisi utama dari PAS, Partai Islam yang kuat.

dalam pengamatan sekilas, mestinya tak perlu demonstrasi ini. tuntutan para demonstran ini bukan lah hal besar seperti di Indonesia misalnya untuk mendorong pemerintah memberantas korupsi, menurunkan harga BBM yang dinaikkan, atau demo terhadap pemerintah yang ingkar janji. demonstrasi di indonesia adalah untuk menuntut perbaikan negeri yang carut marut.

dalam hal-hal di atas, justru pemerintahan di bawah PM Najib jauh meninggalkan indonesia. ekonomi tetap tumbuh dengan baik. pemerintah melakukan berbagai program untuk rakyat miskin.... Najib agaknya khawatir akan performance pemerintahannya yang lemah setelah ditinggal oleh PM terdahulu Abdullah Badawi. karena itu dia dengan menteri2 setidaknya dalam laporan media mainstream sangat giat tak kenal lelah melakukan perbaikan untuk masyarakat.

masalah yang didemo adalah juga simple yaitu penyelenggaraan pemilu yang kurang bersih. ini pun sebetulnya tidak buruk-buruk amat. walaupun suruhanjaya pilihan raya (semacam KPU) berada di bawah pemerintah, pelanggarannya tak lah seberat yang pernah terjadi dengan KPU di Indonesia. masalah yang dikeluhkan adalah masalah daftar nama pemilih yang jelas agar tidak ada pemilih hantu (ganda). mereka juga menuntut tinta yang tidak mudah hilang, kampanye minimal 21 hari, akses yang bebas dan fair ke media, lembaga masyarakat yang diperkuat dan korupsi dan politik kotor mesti dihentikan.

mungkin tanpa demonstrasi, persoalan ini bisa diatasi walau agak lambat. dengan tekanan terus menerus melalui parlemen yang lebih dinamis karena banyaknya anggota oposisi, penggunaan media oposisi dan alternatif seperti internet, pengiriman petisi dan lain-lain cara selain demonstrasi, pemerintah mungkin akan melakukan perubahan.

kalau demikian halnya pertanyaannya tentu saja adalah mengapa harus demonstrasi? ini lah agaknya yang menarik untuk diamati. demonstrasi ini menunjukkan hal yang lebih dalam yang terjadi dalam perpolitikan di Malaysia. ini bukan sekedar pemilu bersih tetapi menyangkut mood masyarakat Malaysia terutama oposisi yang jenuh dengan sistem politik dan wacana politik yang dikembangkan oleh pemerintah.

pertama mereka ingin merobohkan mitos bahwa demonstrasi itu haram dan berbahaya untuk masyarakat berbilang kaum seperti Malaysia. sudah menjadi rahasia umum bahwa pemerintah malaysia sejak lama alergi terhadap demonstrasi. mereka sering mengatakan bahwa demonstrasi sama dengan anarki. demonstrasi merusak kestabilan dan mengacaukan kegiatan ekonomi.

dalam responnya terhadap demonstrasi, memang hal ini kembali ditegaskan oleh PM Najib. ia bukannya menanggapi isu yang dituntut oleh para demonstran, tetapi mengajak rakyatnya untuk bersama dia melawan kegiatan oposisi yang dianggap akan mengacau keamanan negara dan kestabilan. ia mengganggap cara-cara demonstrasi bukan prilaku demokrasi yang beradab dan layak diikuti.

upaya oposisi ini lumayan berhasil. selain berhasil menghimpun massa yang cukup besar, mereka juga berhasil menunjukkan sesungguhnya demonstrasi mereka berjalan damai, tidak merusak dan tidak anarkis. lebih dari itu mereka seolah menunggang keberhasilan gerakan reformasi dan demonstrasi di negara-negara Timur Tengah dalam menunjukkan bahwa rejim penguasa sekarang adalah masih authoritarian kalau tidak demokratis.

respon pemerintah melalui polisi yang keras seolah seperti menempatkan rejim PM Tun Razak sama dengan rejim-rejim Mubarak, Asaad dan Khadafi. penangkapan lebih 1500 orang itu mendapat peliputan negatif media Barat dan diprotes staf PBB dan Amnesty Internasional. ini tentu saja suatu kampanye buruk buat pemerintahan semi-demokrasi Malaysia.

kedua, demonstrasi telah menghidupkan kembali gairah oposisi. kelompok oposisi yang dimotori oleh PKR, DAP dan PAS seperti kehilangan momentum setelah sukses dalam pilihan raya 2008 lalu. mereka hampir-hampir kehilangan isu karena konsistensi dan responsifness dari pemerintahan Najib dalam memperbaiki citra BN partai yang berkuasa. PM Najib menanggapi kritik terhadap lemahnya pendahulu dia PM Badawi dengan melakukan banyak perbaikan terutama dengan membuat program yang pro-rakyat kecil.

kalau mood dan kecenderungan pemilih pada oposisi tidak dijaga, pelan-pelan keadaan akan normal dalam pengertian orang akan kembali ke BN karena oposisi tidak ada lagi greget. demonstrasi ini dengan demikian sebuah kejutan untuk menunjukkan bahwa oposisi masih punya greget, punya agenda untuk diperjuangkan.

ketiga, dan yang paling penting adalah bahwa demonstrasi ini mewakili satu generasi baru di Malaysia. dikatakan bahwa mereka yang protes kebanyakan adalah orang muda, sebagian adalah pemilih pertama. mereka ini adalah generasi yang jenuh dengan wacana politik yang dominan di masyarakat. sebagian mereka mungkin jenuh dengan alasan kontrak sosial masyarakat di Malaysia tentang hubungan etnik yang selalu diulang-ulang.

sebagian mereka jenuh dengan wacana kestabilan dan keteraturan untuk kemajuan ekonomi yang sering digunakan untuk menghalalkan represi terhadap oposisi. mereka jenuh dicecoki dengan argumen-argumen yang sama tentang hubungan antar kaum dan kestabilan pemerintahan. media alternatif seperti internet dan koran oposisi menyadarkan mereka bahwa seringkali wacana itu digunakan untuk mengamankan pemerintah dari protes atas berlakunya oligarki dalam pemerintahan. wacana kestabilan dilihat untuk mengamankan kepentingan elit yang makin kaya dan makin kaya.

singkatnya mereka secara kritis melihat untuk kepentingan siapa kestabilan dan juga pertumbuhan ekonomi itu. Maklum lah BN sudah terlalu lama berkuasa dan di sana sudah terbentuk jaringan kekuasaan yang susah ditembus. kecuali mereka yang ada dalam lingkaran kekuasaan, kerabat politisi dan keluarga bekas-bekas PM, orang biasa semakin tidak punya akses untuk masuk ke kelas elit itu.

perlawanan terhadap keadaan demikian seolah menjadi model perjuangan, semangat baru, atau bahkan kebanggan baru bagi mereka. Mungkin sebuah heroisme baru bagi orang muda. ini nampak dari besarnya demo ini dan kini mereka tidak lagi menutup muka karena takut ditangkap. dalam sebuah tanggapan di blog, seorang pemuda menulis untuk pertamakalinya ia bangga sebagai orang Malaysia.

pada hari-hari mendatang kita akan melihat kemanakah angin akan bertiup dan suara akan berayun bila pilihan raya diadakan. demonstrasi ini bisa menjadi sebuah turning point bagi perubahan di Malaysia.

Semester Baru

Semester baru Ganjil mulai lagi sejak Senin 21 Agustus lalu. Walaupun tidak setiap minggu (karena mengajar dalam team), tetapi total kelas y...